Umat Islam kini telah terpecah belah, berkelompok-kelompok, satu sama lain saling membangga-banggakan golongannya. Ketika satu per satu golongan ditanya, “apa pengangan/rujukan kalian?” pasti mereka menjawab “rujukan kami Al-Qur’an dan Hadits Nabi”.

Jika kita melihat realita yang ada, contoh seperti orang-orang syiah, ketika mereka ditanya tentang pengangan/rujukan mereka, pasti mereka akan menjawab “rujukan kami Al-Qur’an dan Hadits Nabi”. Tetapi kenapa para ulama sepakat mengatakan mereka telah tersesat jauh, bahkan ada sebagian ulama  yang mengkafirkannya ?

Contoh yang lain missal Ahmadiyah, ketika mereka ditanya tentang pengangan/rujukan mereka, pasti mereka akan menjawab “rujukan kami Al-Qur’an dan Hadits Nabi”. Tetapi kenapa para ulama sepakat mengatakan mereka telah menyimpang dan tersesat jauh ?

Begitu pula dengan orang-orang yang berpemahaman khawarij, yang dengan seenaknya mengkafirkan saudara muslim yang lain tanpa bukti, bahkan melakukan tindakan teror dengan pengeboman di sana-sini, ketika mereka ditanya tentang pengangan/rujukan mereka, pasti mereka akan menjawab “rujukan kami Al-Qur’an dan Hadits Nabi”. Tetapi kenapa para ulama sepakat mengatakan mereka telah menyimpang dan tersesat jauh ?

Mungkin akan timbul dibenak kita, kenapa mereka bisa menyimpang dari ajaran Islam ini? padahal rujukan mereka sama yakni Al-Qur’an dan Hadits Nabi

Bukankah ada sebuah hadits dari Rasulullah, Beliau bersabda, “Aku tinggalkan padamu dua perkara yang kalian tidak akan tersesat apabila (berpegang teguh) kepada keduanya, yaitu Kitabullah dan Sunnahku. Tidak akan bercerai-berai sehingga keduanya menghantarku ke telaga (Surga).” (Dishahihkan Al-Albani dalam kitab Shahihul Jami’)

lalu dimana salahnya?, sudah berpegang teguh dengan Al-Qur’an dan Hadits(sunnah) kok masih dikatakan tersesat dan menyimpang oleh para ulama.

Ini yang akan kita bahas pada buletin kali ini, bagaimana kita bisa memahami Islam dengan benar, agar kita tidak menyimpang dari jalan yang lurus.

Terpecahnya Islam

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengabarkan kepada kita tentang terpecahnya umat Islam ini, beliau bersabda,

“Ketahuilah, sesungguhnya orang-orang sebelum kamu dari ahli kitab telah berpecah belah menjadi tujuh puluh dua golongan. Dan sesungguhnya agama ini (Islam) akan berpecah belah menjadi tujuh puluh tiga golongan, tujuh puluh dua golongan tem-patnya di dalam Neraka dan satu golongan di dalam Surga, yaitu al-jama’ah.” (HR. Ahmad dan yang lain. Al-Hafidh menggolongkannya hadits hasan)

Dalam suatu riwayat, “(Al-Jama’ah adalah) siapa yang berada di atas seperti apa yang saya (yakni Rasulullah) dan para shahabatku berada di atasnya”. (Hadits hasan dari seluruh jalan-jalannya)

Arti terpecah menjadi 73 golongan bukan jumlahnya 73, akan tetapi bilangan 73 mengisyaratkan akan terpecah menjadi banyak golongan, sebagaimana yang dijelaskan oleh Ash Shan’ani Rahimahullah

Hadits di atas juga mengabarkan bahwa yang selamat dari api neraka hanya 1 golongan, sedangkan yang lainnya akan mampir dulu ke neraka, dan ketika Rasulullah ditanya oleh para sahabatnya tentang siapa yang 1 golongan selamat itu, Rasulullah pun bersabda “al-jama’ah”, dalam riwayat lain “yang aku dan para sahabatku meniti di atasnya.” (HR. At-Tirmidzi, dan di-hasan-kan oleh Al-Albani dalam Shahihul Jami’ 5219)

Sekarang terjawab pertanyan diatas, kenapa banyak kelompok yang menyimpang, padahal rujukan dan pedoman mereka sama yakni Al-Qur’an dan Hadits.

Jawabnya karena mereka tidak mengamalkan Al-Qur’an dan hadits sesuai dengan pemahaman para sahabat, mereka memahami Al-Qur’an dan hadits dengan pemahaman mereka sendiri, sehingga tidak menutup kemungkinan akan terjadi penyimpangan dalam cara mereka memahami serta mengamalkan Islam.

Memahami Islam yang Benar

Mengapa kita harus beragama dan beribadah sesuai dengan pemahaman (manhaj) para sahabat ?

Karena Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memberi wasiat kepada kita (yakni umatnya) untuk berpegang teguh dengan pemahaman para sahabat. Beliau berwasiat dengan sabdanya :

Aku wasiatkan padamu agar engkau bertakwa kepada Allah, patuh dan ta’at, sekalipun yang memerintahmu seorang budak Habsyi. Sebab barangsiapa hidup (lama) di antara kamu tentu akan menyaksikan perselisihan yang banyak. Karena itu, berpegang teguhlah pada sunnahku dan sunnah khulafa’ur rasyidin yang (mereka itu) mendapat petunjuk. Pegang teguhlah ia sekuat-kuatnya. (Dan hati-hatilah terhadap setiap perkara yang diada-adakan, karena semua perkara yang diada-adakan itu adalah bid’ah, sedang setiap bid’ah adalah sesat (dan setiap yang sesat tempatnya di dalam Neraka).” (HR. Nasa’i dan At-Tirmi-dzi, ia berkata hadits hasan shahih)

siapa “khulafa’ur rasyidin” itu?, mereka adalah Abu bakar, Umar, Ustman, dan Ali

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga telah bersabda :

“Sebaik-baik umat ini adalah generasiku (para sahabat), kemudian orang-orang yang mengikuti mereka (para tabi’in), kemudian orang yang mengikuti mereka (para tabi’tabi’in).” (Muttafaqun ‘alaihi/ HR. Bukhori Muslim)

Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman: “Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar.” (QS. At-Taubah: 100)

Dalil-dalil di atas adalah bukti bahwa jika kita ingin selamat maka kita harus berpegang teguh dengan Al-Qur’an dan hadits sesuai dengan pemahaman para sahabat.

Mereka para sahabat dan 2 geberasi setelahnya adalah sebaik-baik umat, Allah telah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada Allah, kemudian Allah telah menjanjikan surga kepada mereka.

Wajibnya Berpegang Teguh Pada (Manhaj) 3 Generasi Utama (Salafus Sholih)

Para pembaca yang semoga dimuliakan Allah, bahwa perpecahan umat menjadi bergolong-golong adalah tercela dan dibenci.

Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman: “Dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah, (yaitu) orang-orang yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Masing-masing golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka.” (QS. Ar Ruum: 31-32)

Hanya sedikit orang yang bisa selamat darinya. Dan tidaklah seseorang selamat dari bencana ini kecuali orang-orang yang mengikuti jalan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya.

Sehingga golongan yang senantiasa mengikuti jalan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya akan dianggap asing dan remeh ditengah-tengah umat Islam. Akan banyak golongan-golongan lain yang menentangnya. Akan tetapi ini adalah sunnatullah yang telah ditetapkan Allah, bahwa golongan yang selamat ini adalah yang nantinya dianggap asing dan aneh di tengah-tengah masyarakat.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda, “Sesungguhnya Islam datang dalam keadaan asing dan akan kembali pula dalam keadaan asing, maka berbahagialah orang-orang dikatakan (dianggap) asing.” (HR. Muslim dari hadits Abu Hurairah dan Ibnu Umar radhiallahu ‘anhuma)

Dia asing sebagai orang yang berilmu (agama) ditengah orang-orang jahil (tidak mempunyai ilmu agama), senantiasa menghidupkan dan mengajarkan sunnah di tengah ahli bid’ah,  penyeru kepada Allah dan Rasul-Nya di tengah orang-orang yang menyeru kepada hawa nafsu dan bid’ah, penyeru kepada yang ma’ruf dan mencegah dari kemungkaran di tengah kaum di mana yang ma’ruf menjadi munkar dan yang munkar menjadi ma’ruf.”

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam  telah menasehati kita agar kita berhati-hati dalam meniti kehidupan ini, khususnya dalam hal beragama, karena banyak jalan-jalan yang menyimpang yang akan langkah kita dari jalan yang lurus.

Suatu ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam membuat garis dengan tangannya lalu bersabda, ‘Ini jalan Allah yang lurus.’ Lalu beliau membuat garis-garis di kanan kirinya, kemudian bersabda, ‘Ini adalah jalan-jalan yang sesat tak satu pun dari jalan-jalan ini kecuali di dalamnya terdapat setan yang menyeru kepadanya.” (Hadits shahih riwayat Ahmad dan Nasa’i).

Bagaimana cara kita memahami al-qur’an dan hadits sesuai dengan pemahaman para sahabat.

Cara kita memahami Al-qur’an dan hadits sesuai dengan pemahaman para sahabat adalah kita tidak boleh mendahului mereka dalam beribadah, dalam menafsirkan suatu ayat ataupun hadits. Kita tidak beribadah yang tidak pernah dicontohkan oleh Nabi dan juga para sahabatnya, karena mereka adalah sebaik-baik umat, tidak ada suatu amal ibadah dan suatu kebaikan yang mereka lewatkan, kecuali mereka akan berlomba-lomba mengamalkannya.

Nah, jika kita beribadah kok Nabi dan juga para sahabatnya tidak pernah melakukannya, maka pada hakikatnya itu bukan suatu kebaikan, meski kita manusia menganggapnya baik.

Sehingga para ulama membuat suatu kaidah dalam beragama, yang kaidah ini disampaikan terus kepada kaum muslimin. Kaidah itu berbunyi Laukana Khairan Lasabaquunaa Ilaihi” yang artinya “Jika suatu perbuatan itu baik, niscaya mereka (yakni para sahabat) akan mendahului kita untuk mengamalkannya”.

Jadi kesimpulannya, janganlah kita beribadah, kecuali jika ibadah itu pernah dicontohkan oleh Nabi dan juga para sahabatnya. 

Semoga apa yang kami sampaikan ini bisa menambah ilmu kita dan mendorong kita untuk mau mempelajari agama dengan sungguh-sungguh, karena tidak ada bekal yang lebih baik yang akan kita bawa untuk menghadap Allah kecuali taqwa.   Wallahu’alam

[Adi Abdussalam]

Buletin Jum’at Masjid Al-Inayah Edisi 14

Komentar
  1. dadan berkata:

    islam rahmat untuk seluruh alam…..seluruh umat….seluruh mahluk….nabi Muhammad saw…pemimpin umat pada saat itu…dilanjutkan oleh para sahabat……apabila ada perselisihan faham pada saat itu ada yang langsung menengahi dan memperbaiki…..karna adanya khalifah;;;;;;sudah menjadi sunatullah…segala sesuatu akan terpecah dan bercabang..kecuali ke esaan Allah……siang dan malam …hitam dan putih…….kebaikan dan keburukan….untuk itu harus ada seorang yang dapat mengembalikan pemahaman islam secara benar yang langsung ditunjuk oleh Allah…..bukan oleh manusia…untuk hal itu dibutuhkan seorang pemimpin islam sejati yang tidak berpolitik..tidak untuk suatu negara…tidak membedakan ras atau golongan..tidak mementingkan harta dan tahta dunia…cinta damai …dan dapat menyuarakan tabligh islam keseluruh pelosok dunia…..untuk hal itu islam harus mempunyai seorang pemimpin seperti khalifah pada jaman rasulullah …oleh karena itu carilah suatu jemaat yang ada khalifah seperti jaman rasulullah…..semoga kita semua mendapatkannya…..Amin

    • Bumi berkata:

      TAK SEORANG PUN PADA SAAT INI YG BISA MENUNJUK KAN KHOLIFAH UNTUK UMAT KECUALI ALLOH SENDIRI YG DAPAT MENUNJUK KHOLOFAH PADA SAAT NYA NANTI DAN KHILAFAH TIDAK AKAN BISA DI PAKSAKAN SELAIN DARI DARI KEHENDAK ALLOH

    • Bumi berkata:

      Jangan sekali kali menafsir kan alqur’an kalau belum punya ilmu yg cukup

  2. Kontraktor berkata:

    wah…nice post…
    thx infonya

    salam kenal

  3. hendra kalimantan berkata:

    teladan dzahir bisa d contoh, teladan bathin harus digali dan bersifat keimanan, keyakinan, dan tentu perlu silsilah ilmu yang meyakinkan. Manakala memakai dalil atas dasar aqal semata, kita sudah melupakan pegangan sunnah. Sunnah tentu bukan hanya menyangkut hal dzahir, namun juga bathin.. Bagaimana seorang nabi mulia Musa masih disuruh menggali ilmu Khaidir,. Di situlah kesempurnaan ilmu bathin para sahabat 4 sebagai generasi terbaik. Ilmu para kekasih Allah yg berhasil menaklukan nafsunya sebagai buah dari ilmu yang dipelajarinya. Ilmu keimanan yang mempunyai silsilah hingga kepada sahabat 4, bukan kepada kita; saya atau anda. Kita hanya belajar untuk mencari jalan lurus di antara 73 golongan. Terima kasih paparan al-Quran dan Hadits yg menyejukan, di mana tafsiran kita menerawang atas i’tikad keimanan sahabat 4, hingga puncaknya i’tikad keimanan Muhammad al mustafa.
    Rindu bertemu Nabi, walau dalam mimpi. Insya Allah.

  4. Terimakasih!
    Semoga ilmu tentang islam ini berguna untuk hidup di dunia dan akhirat!

    Perumpamaan:
    Jika Raja itu seumpamanya adalah
    Akal,
    Dan jika raja itu berkuasa untuk rakyatnya, kemudian
    Datang syariat!

    Maka raja harus menurunkan dirinya menjadi rakyat dan
    raja menjadikan SYARIAT menjadi rajanya,
    Karna sesungguhnya
    Akal harus berada di bawah Syariat!

    Wassalamualaikum warohmatullah hiwabarokatuh!

  5. Ghani Syarifudin "Paijo" berkata:

    Islam “berserah diri”, Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu

  6. Al-K berkata:

    Postingan ini sangat bagus..

  7. Madjid berkata:

    Jadi yang benar yang mana?

  8. zaenudin berkata:

    Alhdulillah setelah membaca blog ini jadi tahu apa yang seharusnya saya lakukan untuk menentukan yang benar dan salah.

  9. ABDULHAFIDZ berkata:

    TOLONG JELASKAN TENTANG KHILAFAH

  10. Madnadir berkata:

    Apa maksud bid ah,seharusnya penulis memberi keterangan penuh masala bid ah ini.misalnya dari Ulama A B C beserta hadis yg menjadi runukanya sebab menera gkan Hadis harus ada ilmunya

  11. Abdullah berkata:

    Kira kira organisasi islam yang ada khalifah nya dan yang paling tua di i donesia apa ya,?

  12. mada berkata:

    Semoga allah memberikan jalan yang benar bagi kita semua saudara-saudariku

Tinggalkan komentar